Grunge (Anti-Fashion): Dipopulerkan oleh band seperti Nirvana. Ciri khasnya adalah kemeja flanel kebesaran (oversized), jeans robek-robek (ripped jeans), dan sepatu boot militer (Doc Martens). Grunge, sebuah subkultur yang bermula dari pemberontakan musik hingga menjadi salah satu pilar paling berpengaruh dalam sejarah mode dunia.

Kebangkitan Grunge: Bagaimana Estetika “Anti-Fashion” Mengubah Dunia
Oleh: MELEDAK77
Pada Tanggal: 25/12/2025
Pada awal tahun 1990-an, sebuah getaran mentah dan tidak terpoles muncul dari sudut-sudut basah kota Seattle, Amerika Serikat. Getaran itu bukan hanya suara distorsi gitar yang kasar, melainkan sebuah sikap. Sikap yang menolak kemewahan era 80-an, menolak standar kecantikan yang kaku, dan merayakan ketidaksempurnaan. Fenomena ini dikenal sebagai Grunge.
Meskipun awalnya Grunge adalah genre musik, pengaruhnya segera merambah ke cara orang berpakaian. Grunge menciptakan paradoks terbesar dalam industri mode: sebuah gerakan “Anti-Fashion” yang ironisnya menjadi salah satu tren fashion paling ikonik dan terus direplikasi hingga tahun 2025 ini.
1. Akar Filosofis: Penolakan terhadap Konsumerisme
Grunge tidak lahir di panggung runway Paris atau Milan. Ia lahir di toko-toko barang bekas (thrift stores) dan lemari pakaian kelas pekerja di Pacific Northwest. Inti dari gaya Grunge adalah apatisme. Ini adalah ekspresi dari generasi yang merasa terasing dari impian Amerika yang terlalu mengkilap.
Para musisi Grunge, terutama Kurt Cobain dari Nirvana, tidak mengenakan pakaian untuk panggung; mereka mengenakan apa yang mereka pakai untuk tidur atau bekerja di garasi. Mereka menolak ide bahwa seseorang harus menghabiskan banyak uang untuk terlihat keren. Dengan mengenakan pakaian bekas yang kebesaran, robek, dan kusam, mereka secara tidak langsung berkata: “Saya tidak peduli dengan pendapat industri mode tentang saya.”
2. Anatomi Gaya Grunge: Kemeja Flanel, Jeans Robek, dan Boot Militer
Estetika Grunge dapat diidentifikasi melalui beberapa elemen kunci yang bersifat fungsional namun sarat makna simbolis:
A. Kemeja Flanel Kebesaran (Oversized Flannel)
Kemeja flanel bermotif kotak-kotak adalah seragam tak resmi dari gerakan ini. Awalnya dipakai oleh pekerja kayu di Seattle untuk menahan dingin, musisi Grunge mengadopsinya karena murah dan praktis. Kemeja ini biasanya dipakai dengan cara yang ceroboh: tidak dikancingkan, dipakai sebagai luaran kaos yang kumal, atau diikatkan di pinggang sebagai aksesori fungsional.
B. Jeans Robek-Robek (Ripped Jeans)
Jeans dalam gaya Grunge bukanlah jeans yang dibeli dengan lubang buatan dari pabrik (seperti tren modern). Jeans Grunge asli adalah jeans yang robek karena pemakaian bertahun-tahun. Lubang di lutut dan tepian yang berserabut melambangkan keaslian dan penolakan terhadap kesempurnaan produk baru.
C. Sepatu Boot Militer (Doc Martens)
Sepatu boot berat, terutama merek Dr. Martens, menjadi landasan fisik dari gaya ini. Boot ini memberikan kesan tangguh, maskulin (namun juga banyak dipakai wanita), dan sangat tahan banting. Bagi para penganut Grunge, sepatu ini adalah simbol kesiapan untuk menghadapi kerasnya dunia nyata, bukan sekadar pelengkap estetika.
D. Layering (Tumpuk-Menumpuk)
Karena cuaca Seattle yang dingin dan lembap, layering menjadi kunci. Kaos oblong tipis ditumpuk dengan kemeja flanel, lalu ditumpuk lagi dengan jaket denim atau cardigan rajut yang melar. Kesan yang dihasilkan adalah siluet yang berat dan “berantakan”.
3. Kurt Cobain: Ikon yang Enggan Menjadi Ikon
Sulit membahas Grunge tanpa menyebut Kurt Cobain. Vokalis Nirvana ini secara tidak sengaja menjadi trendsetter global. Gaya rambutnya yang acak-acakan, penggunaan kacamata hitam berbingkai putih (Jackie O glasses), dan cardigan wol yang hampir hancur menjadi inspirasi jutaan anak muda.
Cobain membawa elemen femininitas ke dalam Grunge (seperti mengenakan gaun bunga-bunga di atas jeans), yang menantang maskulinitas tradisional di industri musik rock. Gaya ini menunjukkan bahwa Grunge adalah tentang kebebasan mutlak untuk menjadi diri sendiri, tanpa peduli pada norma gender atau sosial.
4. Transformasi ke Runway: Skandal Marc Jacobs (1992)
Momen paling kontroversial dalam sejarah mode Grunge terjadi ketika desainer Marc Jacobs meluncurkan koleksi “Grunge” untuk label Perry Ellis pada musim semi 1993. Jacobs mengambil elemen jalanan—kemeja flanel sutra, boot mahal, dan topi rajut mewah—lalu membawanya ke panggung runway.
Hasilnya? Marc Jacobs dipecat dari Perry Ellis, dan para kritikus mode menghujat koleksi tersebut sebagai penghinaan terhadap selera tinggi. Namun, sejarah membuktikan sebaliknya. Koleksi tersebut menjadi titik balik di mana “Anti-Fashion” secara resmi diakui sebagai “Fashion Tinggi”. Sejak saat itu, label mewah mulai berlomba-lomba mengadopsi estetika yang tampak “murah” namun dijual dengan harga ribuan dolar.
5. Grunge Wanita: Courtney Love dan “Kinderwhore”
Jika pria memiliki flanel, wanita dalam gerakan Grunge memiliki estetika Kinderwhore. Dipopulerkan oleh Courtney Love (vokalis Hole), gaya ini melibatkan penggunaan babydoll dress yang robek, stoking yang sobek, riasan mata hitam yang luntur, dan lipstik merah yang berantakan. Gaya ini adalah bentuk satire terhadap citra “perempuan cantik dan rapi” yang dipaksakan oleh masyarakat.
6. Mengapa Grunge Bertahan di Tahun 2025?
Meskipun genre musiknya mungkin tidak sepopuler dulu, estetika Grunge tidak pernah benar-benar mati. Di tahun 2025, kita melihat kebangkitan kembali gaya ini melalui fenomena Modern Grunge atau Soft Grunge. Mengapa?
-
Isu Lingkungan: Prinsip Grunge yang mengandalkan pakaian bekas sejalan dengan gerakan Sustainability dan Thrifting yang marak di kalangan Gen Z.
-
Kenyamanan (Comfort First): Dalam dunia yang semakin stres, siluet oversized memberikan rasa aman dan kenyamanan fisik.
-
Ekspresi Kejujuran: Di era filter media sosial yang berlebihan, tampilan yang “mentah” dan tidak sempurna terasa lebih jujur dan manusiawi.
7. Penutup: Lebih dari Sekadar Pakaian
Grunge mengajarkan dunia bahwa gaya sejati tidak bisa dibeli. Ia adalah tentang integritas diri. Ketika Anda mengenakan kemeja flanel tua atau jeans yang sudah pudar, Anda sebenarnya sedang merayakan sejarah pribadi Anda sendiri, bukan mengikuti instruksi dari sebuah majalah mode.
Sebagai penutup tahun 2025, Grunge tetap menjadi pengingat bahwa terkadang, cara terbaik untuk menjadi modis adalah dengan berhenti mencoba menjadi modis.
Di Tulis Ulang Oleh Meledak77

